Sunday, November 7, 2010

Metamorfosis

Suatu hari, seekor kupu-kupu yang cantik terbang melintasi sebuah kebun bunga yang sangat indah. Kupu-kupu itu kemudian memutuskan untuk berhenti di kebun bunga itu, lalu ia mengisap madu dari beberapa bunga yang ada di situ.

Kupu-kupu itu merasa bahwa madu di situ sangat lezat, dan memutuskan bahwa apabila ia akan bertelur nanti, ia akan menaruh telur-telurnya di kebun bunga itu, supaya anak-anaknya nanti tak kesulitan mencari makanan.

Beberapa hari kemudian setelahnya, kupu-kupu itu kembali ke kebun bunga itu, ia menaruh telur-telurnya di atas sebuah daun, lalu pergilah kupu-kupu itu meninggalkan telur-telurnya.

Telur kupu-kupu itu menetas beberapa waktu setelahnya, namun, kupu-kupu itu telah mati. Anak-anak kupu-kupu itu adalah ulat-ulat yang berbulu. Ulat-ulat itu menjadi gemuk dengan cepat karena begitu banyaknya daun yang dapat disantap dan tumbuhan di situ amat segar. Lagipula, tak ada pemangsa yang memakan ulat, sehingga mereka tak cemas sama sekali.

Ulat-ulat itu kemudian saling mencari tempat untuk dirinya sendiri. Lalu, setelah itu, mereka berubah menjadi kepompong. Mereka tak bergerak, tak bisa bergerak untuk waktu yang cukup lama.

Suatu hari, kepompong-kepompong itu mulai terbuka. Makhluk-makhluk hidup yang ada pada tiap kepompong berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari kepompong itu, mereka berjuang dengan keras, sampai akhirnya terbanglah mereka karena sudah berhasil keluar dari kepompong. Sekarang, ulat-ulat itu sudah menjadi kupu-kupu yang cantik.

Kupu-kupu itu mengisap madu dari bunga-bunga yang ada di situ. Mereka membawa serbuk-serbuk ke dalam putik-putik bunga sebagai gantinya. Karena mereka berjumlah cukup banyak, banyak sekali bunga yang mengalami penyerbukan dan bunga-bunga di kebun itu pun semakin banyak jumlahnya.

Beberapa minggu kemudian, kupu-kupu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ibu mereka. Mereka menaruh telur-telur mereka di kebun itu, tak lama kemudian, mereka mati, karena begitulah usia kupu-kupu. Singkat. Tapi, mereka menyadari singkatnya hidup mereka itu tak bisa dibandingkan dengan apa yang mereka berikan kepada bunga-bunga itu.

Dalam waktu yang begitu sempit, mereka memberi kehidupan pada bunga-bunga, mereka menyediakan makanan bagi keturunannya. Insting alamiah merekalah yang membimbing mereka.

Kupu-kupu tahu bahwa hidup ini adalah siklus. Dimana suatu awal akan mencapai suatu akhir dan suatu akhir akan menjadi awal yang baru.


Sunday, November 7th, 2010
10:40 PM

Chelsea Vanessa

No comments:

Post a Comment