Tuesday, May 11, 2010

Cerpen: Pertemuan dalam Sinar Matanya

Aku tidak tahu kapan kita bertemu pertama kali. Yang jelas, saat ini terbersit di pikiranku mengenai hal tersebut. Ingatkah kamu tentang aku?

Dulu, kita berjanji bahwa kita berdua akan menjadi teman selamanya. Aku tidak pernah lupa, namun memang aku tidak pernah bertemu denganmu lagi. Aku masih ingat garis-garis wajahmu, raut mukamu di berbagai situasi. Dan yang paling kuingat di antara semuanya adalah tatapan matamu yang hidup, yang langsung menuju mataku. Menusuk dengan tajam hingga serasa kamu tahu apa yang ada di pikiranku. Betulkah kamu tahu?

Katakan padaku, bagaimana dulu kita bertemu, bagaimana kita mengenal. Aku ingin mengingat dan tidak ingin melupakannya. Kalau kamu ingin menghilang, biar aku saja yang mengingatmu. Tak peduli kamu suka atau tidak. Tapi, tolong katakan dan ingatkan aku tentang pertemuan yang ajaib itu. Yang dalam sekejap mengubah hidup kita berdua.

Umur berapakah kita bertemu? Aku merasa aku masih sangat muda ketika bertemu denganmu untuk yang pertama kalinya. Namun, tak dapat kuingat kapan tepatnya saat itu terjadi. Ketika kata pertama untuk diriku meluncur dari mulutmu, hal itu membangkitkan keingintahuanku terhadapmu. Aku ingat, dulu kau juga mengakui kau ingin tahu tentangku. Kita butuh waktu yang cukup lama untuk menjadi teman. Baik kamu, maupun aku menyukai kesendirian, hingga kita merasa kita tidak butuh orang lain lagi dalam hidup kita. Ternyata, hidupku menjadi jauh, ya, sangat jauh lebih menyenangkan ketika engkau sudah menjadi temanku. Bisakah aku memanggil kita berdua teman??? Atau kamu hanya ingin menjadi kenalanku saja?

Coba tatap mataku. Hari demi hari aku menunggu surat darimu, kawan jauh. Kamu pergi meninggalkan aku bertahun-tahun setelah kita menjadi sahabat. Sahabatkah kita? Kukirimi seribu surat, hanya kau balas dengan satu surat. Namun, satu surat itu memberi kekuatan besar untukku. Kamu tahu kenapa kamu sangat berarti di dalam hidupku? Karena aku merasa diriku adalah temanmu.Sifatmu itu menarik diriku untuk menginginkan sahabat, yaitu kamu. Aku yakin, kamu memang orang yang bisa melihat kesungguhan hati, kamu penuh belas kasih. Dan kamu seorang pembohong besar yang hobi melukai dirimu sendiri. Kamu selalu berbohong demi orang lain dan juga untuk menyembunyikan isi hatimu. Kenapa tak kamu katakan saja rasa hampa, sedih, dan marah yang ada padamu?

Saat ini, kita bertemu lagi untuk pertama kalinya setelah puluhan tahun. Aku tua, kau juga. Kuberikan senyum terbaikku ketika memandangmu. Seperti yang kau lihat, aku telah tumbuh besar, dewasa, dan tua. Tidak kusangka aku akan bisa melihat matamu lagi, bibirmu lagi, hidungmu lagi, dan terutama seluruh dirimu di depanku.

Tapi,...

Katakan padaku, kenapa sinar kehidupan di matamu telah lenyap tanpa sisa?
Ah, kamu tidak menjawab dan hanya merenung saja.

Kamu tahu, sekejap tadi aku tahu aku kehilangan cintaku kepadamu. Kurasa ini pertemuan kita pertama kalinya, karena aku tidak lagi mengenalimu...


No comments:

Post a Comment